Header Ads

ad728
  • Breaking News

    Masjid Faridan M Noto


    Masjid Faridan M. Noto, begitulah orang-orang menyebutnya. Sebuah masjid yang didirikan atas kesadaran seorang anak manusia untuk mewakafkan tanahnya demi kepentingan masyarakat Islam, terutama dilingkungan Beji. Beliau adalah Dr Assilah Muridan Noto. Sedangkan nama masjid Faridan M. Noto diambil dari nama kakeknya yang telah banyak berjasa dalam perjuangan pada zaman penjajahan dahulu kala.

         Masjid Faridan M. Noto dibangun pada tahun 1986 diatas tanah seluas ±500 m². Bentuk masjid didesain oleh Ir H Mudzakkir. Sedangkan biaya untuk menyelesaikan masjid Faridan ini mencapai hingga 40 juta rupiah. Dana tersebut diperoleh selain dari donatur yang bersedia untuk mengeluarkan pembiayaan, juga didukung oleh masyarakat sekitarnya.
         Setelah masjid ini selesai dibangun kemudian pada hari senin 2 april 1987 M (21 sya’ban 1407 H) diresmikan oleh KGPAA Pakualam VIII. Dengan disaksikan oleh masyarakat, masjid yang diberi nama masjid Faridan M. Noto ini telah resmi disebut sebagai masjid dan layak digunakan sebagai tempat untuk beribadah dan juga sebagai pusat kegiatan keislaman. Sejak itu pula kemudian berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengisi waktu di masjid Faridan M. Noto. Kegiatan dari yang bersifat rutin hingga insidental.

         Berbagai kegiatan baik bersifat keagamaan maupun sosial telah diadakan di masjid Faridan M. Noto. Setelah kurang lebih sepuluh tahun berkiprah ditengah-tengah masyarakat yang multi kultural, masjid Faridan M. Noto mulai ada tanda-tanda diadakannya perpustakaan masjid. Pengelolaannya pada saat itu masih sangat sederhana, namun bisa dikatakan mendekati sempurna. Hal ini bisa dilihat dari sisa-sisa kejayaan perpustakaan masjid di masjid Faridan M. Noto pada masa lalu. Karena sekarang perpustakaan itu hanya tinggal nama dan koleksinya yang sudah tidak banyak lagi, dikarenakan hilang ataupun rusak akibat dari berbagai hal.



    Organisasi, Manajemen, dan Kerjasama 
        Organisasi timbul karena manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya senantiasa memerlukan bantuan orang lain (Ayub, 1997 : 30-31). Untuk itu, mereka harus mengadakan koordinasi atau kerjasama demi tercapainya tujuan bersama. Adanya kerjasama dan tujuan bersama inilah yang menyebabkan sebuah organisasi timbul. Unsur-unsur yang menyebabkan timbulnya organisasi adalah :

    1. Kegiatan yang akan dilaksanakan;
    2. Ada dua orang anggota ataupun lebih;
    3. Adanya kerjasama;
    4. Ada tujuan yang ingin dicapai bersama-sama.
         Empat unsur tersebut diatas merupakan empat unsur yang mutlak, yang apabila satu unsur saja hilang, maka organisasi tidak akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Demikian juga masjid Faridan M. Noto yang memiliki organisasi karena empat unsur diatas, semuanya ada. Sehingga sangat memungkinkan bagi masjid ini untuk dikelola secara sebaik-baiknya.
         Untuk membentuk sebuah organisasi yang kelak akan dapat berfungsi dengan baik, masjid Faridan M. Noto membuat rencana pengadaan sarasehan. Sarasehan merupakan sebuah sarana untuk membentuk keorganisasian masjid –terutama masjid Faridan M. Noto– untuk menjalankan fungsinya. Sedangkan fungsi dari sarasehan itu sendiri antara lain :

    • Membenahi organisasi dan administrasi masjid (bidang idaroh);
    • Membenahi kemakmuran masjid (bidang imaroh);
    • Membenahi pemeliharaan dan pengembangan masjid (bidang ri’ayah).
    Sedangkan sarasehan itu sendiri memiliki maksud dan tujuan yang antara lain :

    1. Musyawarah untuk mengatasi dan memecahkan problematika masjid dan juga untuk memecahkan persoalan-persoalan yang timbul didalam masyarakat;
    2. Mengoptimalkan fungsi masjid sehingga masjid lebih dinamis, responsif dan makmur;
    3. Adanya sistem yang jelas dalam melaksanakan fungsi manajemen masjid yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan;
    4. Menjadikan pengurus masjid lebih bersifat terbuka dan memiliki keterbukaan;
    5. Terbinanya kerjasama (team work) yang baik antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lainnya maupun antara pengurus dengan jama’ah;
    6. Meningkatkan kualitas muslim dan menumbuhkan kehidupan khoiro ummatin serta meningkatkan kesejahteraan umat.
         Sarasehan diadakan biasanya sampai berhari-hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Hasilnya akan menjadi kesepakatan bersama-sama yang akan diterapkan dalam empat tahun kedepan. Jadi sarasehan untuk membentuk organisasi pengelolaan masjid diadakan setiap empat tahun sekali.
         Keorganisasian di masjid Faridan M. Noto tidak hanya sampai disitu saja. Namun setiap adanya kegiatan baik bersifat keagamaan maupun sosial selalu dibentuk pengurusnya sehingga akan bersifat dinamis dan cenderung memerlukan kerjasama antara berbagai komponen. Baik kerjasama antara takmir dengan remaja masjid maupun dengan masyarakat lebih-lebih dengan golongan eksternal semisal organisasi lain atau pemerintah.
         Kerjasama sangat penting sekali untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan yang kemungkinan tidak akan mungkin untuk didapatkan tanpa adanya kerjasama. Dengan kerjasama visi dan misi seberat apapun akan menjadi ringan bagaikan kapas tertiup angin. Untuk itu dalam melaksanakan perannya, seluruh komponen masjid Faridan M. Noto pun menjalin kerjasama. Kerjasama dengan organisasi lain misalnya :

    • Untuk melaksanakan kegiatan yang melibatkan seluruh takmir masjid,  kerjasama yang dilakukan adalah melalui Mustamas (Musyawarah Takmir Masjid) se kecamatan Pakualaman. Kegiatan itu misalnya penyelenggaraan sholat Id, penyelenggaraan zakat fitrah, penyembelihan hewan kurban, dan sebagainya.
    • Untuk menjaga eksistensi remaja masjid ditengah-tengah masyarakat yang multi kultural, kerjasama yang biasa dilakukan adalah melalui FSRMY (Forum Silaturohmi Remaja Masjid Yogyakarta). 
    • Sedangkan untuk mendidik generasi mudanya yang masih anak-anak, kerjasama yang telah dilakukan adalah melalui BAKOPPA (Badan Koordinasi Pengasuh Pengajian Anak-anak). 


    Kegiatan Masjid
         Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam memiliki berbagai macam fungsi (Ayub, 1997 : 7-8). Fungsi utama sebuah masjid adalah untuk tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sholat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya antara lain :

    1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT;
    2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, serta mensucikan batin;
    3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat;
    4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan berbagai pertanyaan, meminta bantuan dan pertolongan;
    5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama;
    6. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim;
    7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat;
    8. Masjid tempat megumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya; dan 
    9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.
         Begitu banyaknya fungsi masjid bagi umat Islam khususnya, maupun masyarakat luas pada umumnya. Fungsi tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya aktualisasi yang nyata, yang memang benar-benar terealisasi. Perlu adanya kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh dilaksanakan untuk dapat memakmurkan masjid dalam melaksanakan peran dan fungsinya.
         Di masjid Faridan M. Noto berbagai macam kegiatan dilaksanakan. Dari kegiatan yang bersifat insidental sampai kegiatan yang bersifat rutin. Kegiatan yang bersifat insi-dental misalnya adalah pernikahan, kematian, rapat, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang bersifat rutin misalnya sholat lima waktu, pengajian umum tiap tanggal 25, pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, pengajian remaja, TPA, dan sebagainya.
         Selain dari berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkup internal, masjid Faridan M. Noto juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat lebih luas melalui kerjasama. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa masjid Faridan M. Noto juga mengikuti kerjasama dalam melaksanakan perannya, maka kegiatan yang berkaitan dengannya pun terlaksana dan dilaksanakannya. Kegiatan-kegiatan itu misalnya penyelenggaraan sholat dua Id, penyembelihan hewan qurban, pembagian zakat, pengadaan TPA, dan sebagainya.


    Keuangan Masjid 
         Seperti halnya masjid-masjid yang lain sumber keuangan dari masjid Faridan M. Noto pun berasal dari masyarakat. Misalnya bersumber dari sedekah, sumbangan, infak jum’at, infak harian, zakat mal, Donatur tetap, ataupun yang lain. Untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya besar dan membutuhkan dana yang tinggi takmir masjid ataupun pengurus kegiatan tersebut, membuat proposal untuk mendapatkan sponsor. Hal ini dilakukan sehingga kegiatan tersebut dapat terlaksana.
         Uang yang telah didapatkan dikelola sebaik mungkin sehingga pengalokasiannya pun benar-benar bermanfaat. Pengeluaran di Masjid Faridan M. Noto misalnya pembiayayaan listrik, ledeng, buletin jum’at, pengadaan pengajian, transportasi para khotib, pengelolaan, pengembangan perpustakaan berupa pengadaan buku, dan sebagainya.
         Dengan adanya berbagai sumber dana itulah kemudian masjid Faridan M. Noto ini dapat melaksanakan segala aktivitasnya baik yang bersifat rutin maupun insidental. Karena pada dasarnya pemberdayaan masjid, demikian juga perpustakaannya itu sangat memerlukan dana yang cukup banyak. Karena dengan dana pula segala kebijakan yang diterapkan nantinya akan mudah untuk dilaksanakan.


    Perpustakaan Masjid Faridan M. Noto
         Beberapa tahun setelah masjid Faridan M. Noto didirikan, perpustakaan di masjid ini pun mulai muncul dan manunjukkan perannya. Sebuah perpustakaan yang belum memiliki nama secara pasti. Ada yang menyebutnya perpustakaan Uni Remaja Islam Beji (URIB), dan ada pula yang menyebutnya perpustakaam masjid Faridan M. Noto. Papan namanya pun belum ada, sehingga waktu itu pemanfaatan perpustakaan hanya pada kalangan jemaah masjid atau masyarakat Beji saja. Sehingga sangat minim sekali pemanfaatan perpustakaan masjid bagi masyarakat luar yang tidak mengetahui adanya perpustakaan di masjid Faridan M. Noto.
         Pengelolaan perpustakaan masjid di masjid Faridan M. Noto pada saat itu cukup baik. Dalam mengelola koleksi yang dimiliki mereka para pengurusnya sudah menggunakan sistem tertentu. Hal ini ditandai dengan :

    • Adanya koleksi yang sudah sedemikian banyaknya, dari yang berbahasa indonesia sampai berbahasa belanda;
    • Adanya penggunaan call number dengan menggunakan sistem DDC (Dewey Decimal Clasification). Koleksinya pun telah disusun dalam rak yang kurang lebih ada dua buah sesuai dengan nomor klasifikasinya;
    • Adanya stempel khusus yang digunakan untuk menandai buku, memberikan nomor klasifikasi, dan penginventarisasian;
    • Adanya kartu pinjam;
    • Adanya kartu buku; 
    • Adanya koleksi majalah mabulir (majalah buku keliling bergilir).
    Sistem itu begitu baiknya diterapkan, sehingga pada waktu itu benar-benar diketahui bahwa koleksi yang dimilikinya telah dimanfaatkan.
         Masa lalu memang kadang menjadi saat-saat yang cukup indah untuk digambarkan. Sekarang perpustakaan masjid Faridan M. Noto tidak berfungsi lagi seperti dulu. Ruangan yang dijadikan perpustakaan sekarang malah menjadi kamar penjaga, sedangkan koleksinya hanya disimpan digudang saja, lalu yang masih dipakai ditempatkan didalam masjid. Tidak hanya itu saja penyebabnya, namun kita bisa mengetahuinya dari beberapa hal yang diantaranya adalah :

    • Tidak bergairahnya lagi para pengurus masjid untuk memberdayakan perpustakaan;
    • Adanya kesenjangan dalam organisasi pengurus masjid;
    • Kurang semaraknya kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid;
    • Sedikitnya orang-orang yang peduli dengan keadaan masjid;
    • Belum adanya seseorang yang mampu untuk mengolah perpustakaan masjid secara baik dan benar;
    • Banyaknya koleksi yang dipinjam namun tak dikembalikan;
    • Adanya kebocoran ruangan sehingga air hujan dapat masuk kemudian merusak koleksi perpustakaan yang telah ada. Hal ini mengakibatkan banyaknya koleksi yang dimiliki kemudian dibuang sia-sia ditempat sampah; 
    • Minimnya dana yang tersedia dan disediakan untuk memberdayakan perpustakaan, terutama dalam mengadakan koleksi yang bermutu;
    • dan sebagainya.
         Begitulah kondisi perpustakaan masjid di masjid Faridan M. Noto. Memprihatinkan memang, namum bagaimana lagi hal itu sudah terjadi. Tidak perlu adanya penyesalan, yang harus dilakukan adalah bagaimana memberdayakan perpustakaan masjid yang ada sekarang. Kemudian dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali semangat keilmuan umat Islam, sehingga mancapai kejayaannya lagi seperti masa Rosulullah saw masih hidup.

    take from : http://pustakahikmah.blogspot.com/2009/10/masjid-faridan-m-noto.html

    No comments

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728